Selamat Datang di GROSIR FUN toko online jual aneka produk dengan harga GROSIR.

Tips Merawat Mukena

Seorang wanita tak nyaman jika shalat dengan menggunakan mukena yang kurang terawat, berikut tips untuk merawat mukena.
Tiga hal yang harus Anda perhatikan adalah cara mencuci, menyetrika dan menyimpan mukena yang harus disesuaikan dengan bahan kainnya. Berikut ini adalah beberapa tips untuk tiga jenis bahan yang berbeda.

Katun

Selalu biasakan membaca label yang disertakan dalam produk tekstil. Namun secara umum, katun cukup tahan untuk dicuci dan dikeringkan dengan mesin cuci. Warna pada bahan katun dapat bertahan lebih lama jika Anda mencucinya dengan air dingin. Penggunaan bahan pemutih juga bisa digunakan pada bahan katun, hanya saja penggunaan yang terlalu sering akan merusak serat kain. Katun mudah kusut, sehingga akan sering untuk disetrika. Gunakan pelicin pakaian untuk memudahkan proses menyetrika. Perawatan untuk bahan katun tidak sulit, cukup menyimpannya di tempat yang tidak lembab dan terhindar dari matahari langsung.

Sutra

Tidak semua sutra bisa dicuci secara dry clean. Cara teraman adalah mencuci sutra dengan deterjen yang sangat lembut (beberapa merek lokal sudah mengeluarkan produk untuk ini), bisa juga dengan menggunakan baby soap atau shampo rambut untuk menjaga kelembaban alami kain. Rendam mukena dalam larutan tersebut dan bilas dengan air dingin. Hindari untuk mengucek dan memeras mukena. Gantung di tempat yang terhindar dari matahari langsung dan biarkan sampai kering. 

Sutra disetrika pada panas rendah hanya jika diperlukan saja, dengan melapisi mukena sutra yang akan disetrika dengan kain tipis untuk menghindarkan sutra dari panas langsung. Mukena sutra harus digantung dengan hanger yang khusus untuk kain sutra dan disimpan di tempat yang terlindung dari sinar matahari. Beri penyerap kelembaban dan anti jamur di tempat menyimpannya.

Parasut

Kain parasut ini termasuk dalam bahan nylon yang pencucian dan perawatannya cukup mudah. Parasut cukup kuat untuk dicuci dengan mesin cuci, namun sebaiknya tidak dicampur dengan bahan kain lain. Sebaiknya tidak menggunakan bahan pemutih pada bahan parasut karena serat kain parasut mudah rusak. Jika Anda mengeringkan bahan parasut dengan mesin, pilih pengaturan yang paling rendah panasnya dan segera keluarkan dari mesin ketika selesai. Hal ini karena kain parasut mudah kering, dan jika sangat kering bahan kain bisa menjadi bergelombang. Penggunaan pelembut saat membilas juga bisa menghindarkan efek ini.

Mukena parasut disetrika hanya jika diperlukan saja, itu pun dengan panas rendah. Perawatan mukena parasut juga tidak sulit, cukup hindarkan mukena dari sinar matahari langsung dan simpan di tempat yang tidak lembab. 

Budidaya Ikan Nila dengan Terpal


Nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu ikan air tawar yang paling banyak dibudidayakan. Ikan jenis ini dapat dibudidayakan di air tawar, payau, dan laut karena nila toleran terhadap salinitas yang luas (euryhaline). Saat ini teknik budidaya ikan nila telah dikembangkan selain menggunakan kolam sungguhan dapat  juga dibudidayakan di kolam terpal yang merupakan salah satu inovasi pengembangan kolam tadah hujan, serta pemanfaatan lahan kritis dan sempit.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam membuat kolam terpal antara lain:
1.        Sumber air untuk mengisi kolam terpal
Sumber air berupa air sumur, air PAM, air hujan yang ditampung, dan lain-lain yang layak digunakan. Lebih ideal lagi jika kolam terpal mendapat pasokan dari sungai, saluran irigasi, waduk, atau danau.
2.        Ketinggian lokasi
Ketinggian lokasi perlu diperhatikan karena terkait dengan suhu air. Untuk budidaya ikan nila, ketinggian yang cocok adalah 0-500 m dpi.
3.        Ukuran ikan
Ukuran yang akan dipelihara perlu dipertimbangkan karena terkait dengan kedalaman air di dalam kolam. Misalnya, benih nila cocok dipelihara pada kedalaman air 40-50 cm. Untuk menampung air sedalam 40 cm, cukup dibuat kolam dengan ketinggian atau kedalaman sekitar 60 cm. Untuk usaha pembesaran yang menggunakan benih ukuran 20-30 g/ekor, dibutuhkan kedalaman air antara 80-100 cm. Untuk menampung air sedalam 100 cm, diperlukan kolam dengan ketinggian atau kedalaman sekitar 120 cm. Ukuran kolam antara lain 3,5 x 1 x 1,5 m3 atau 4 x 2 x 1,5 m3 tergantung luas lahan yang akan dimanfaatkan.
4.        Dasar tanah dan kerangka yang digunakan
Dasar tanah untuk peletakan kolam terpal harus rata, begitu pula dengan kerangka yang digunakan hendaknya tidak berbahan tajam karena dapat membuat terpal sobek. Bila tanah tidak rata, sebaiknya diberi lapisan dan pelepah batang pisang atau sekam padi. Selain berfungsi meratakan tanah, kedua bahan ini dapat menstabilisasi suhu.
 5.        Peralatan Pendukung
Dalam pengelolaan kualitas air di kolam terpal diperlukan beberapa peralatan, baik untuk menjaga ketersediaan air maupun untuk memelihara kualitas air. Beberapa peralatan yg perlu disediakan antara lain aerator atau blower  untuk meningkatkan kandungan O2, pompa, selang atau pipa yang digunakan untuk mengalirkan air dari sumber air ke kolam terpal ataupun untuk membersihkan dasar kolam dengan cara melakukan sifon


Jenis Kolam Terpal
Berdasarkan bahan dan cara membuatnya, terutama dinding atau kerangka kolam maka dikenal adanya beberapa jenis kolam terpal, antara lain:
a.         Kolam terpal dengan kerangka bambu, kayu, pipa ledeng, atau besi.
b.        Kolam terpal dengan dinding batako atau batu bata.
c.         Kolam terpal dengan dinding tanah.
d.        Kolam beton atau kolam tanah berlapis terpal.
Kolam 1 dan 2 tersebut termasuk ‘kolam terpal di atas permukaan tanah”; kolam 3 merupakan ‘kolam terpal di bawah permukaan tanah”; dan kolam 4 dapat berupa ‘kolam di bawah permukaan tanah atau di atas permukaan tanah”

Keunggulan Kolam Terpal
1.        Mudah diterapkan atau diaplikasikan di berbagai tempat.
2.        Mudah dibersihkan dan dipindahkan (fleksibel).
3.        Nilai survival rate (SR) di kolam terpal lebih tinggi.
4.        Padat penebarannya sewaktu-waktu dapat ditingkatkan.
5.        Pertumbuhan ikan dapat dipacu dan hasilnya tidak berbau lumpur, dan
6.        Secara finansial lebih murah.
Selain itu, teknik budidaya di kolam terpal dapat pula dilakukan untuk pembenihan, pendederan, serta pembesaran untuk menghasilkan nila konsumsi dan induk. Dengan adanya teknik budidaya ikan di kolam terpal ini diharapkan masyarakat yang mempunyai lahan sempit dan persediaan air terbatas mampu melakukan pemeliharaan ikan di sekitar rumah.

Budidaya Ikan Patin | Cara Budidaya Ikan Patin

Selain menjadi ikan hias, ikan patin juga menjadi favorit menu untuk dikonsumsi. Berikut tips budidaya ikan patin.

Jika Anda tertarik memulai usaha ini. Pastikan Anda memenuhi persyaratan lokasi tambak ikan patin. Adapun lokasi yang baik adalah:
  1. Tanah untuk kolam ikan patin haruslah tanah yang lempung atau liat dan bukan tanah yang berporos sebab tanah demikian tidak bisa menahan massa air dalam jumlah yang besar. Dengan tanah yang liat, kolam jauh lebih baik dan bisa dibuat pematang atau dinding kolam dengan lebih mudah.
  2. Perhatikan pula kemiringan tanah. Yang paling baik berkisar di angka 3 sampai 5 %. Hal ini akan memudahkan sistem pengairan kolam dengan menggunakan hukum gravitasi.
  3. Perhatikan kualitas air untuk pemeliharaan. Mutlak bersih dan tidak tercemar dengan limbah kimia atau bahan kimia, jernih tidak keruh dan lain-lain. Air ini penting sebab jika kotor, jamur akan mudah tumbuh.
  4. Suhu air juga penting untuk diperhatikan terutama pada saat proses penetasan telur menjadi larva yang terjadi di dalam akuarium. Suhu terbaik adalah 26 sampai 28 derajat celcius. Sementara itu pH air antara 6,6 sampai 7.

Pedoman Budidaya Ikan Patin 

Secara umum, kegiatan budidaya ikan patin terdiri dari dua kegiatan yakni pembenihan dan pembesaran. Kegiatan pembenihan ikan patin masih tergolong sesuatu yang jarang diketahui sebab selama ini masyarakat lebih memilih mengambil benih ikan patin di sungai, waduk atau situ. Proses pembenihan sendiri adalah upaya menghasilkan bibit ikan dengan ukuran yang diinginkan. Hasil akhirnya berupa benih ikan yang telah melalui proses pendederan. Jika ditarik dalam urutan garis besar maka kegiatan pembenihan meliputi:
  1. Memilih indukan yang siap diijah
  2. Menyiapkan hormon atau kelenjar hipofise yang bersumber dari ikan donor, yakni jenis ikan mars.
  3. Induce breeding atau proses kawin suntik
  4. Striping atau kegiatan pengurutan.
  5. Proses penetasan larva.
  6. Proses pendederan.
  7. Proses pemanenan

Menyiapkan Sarana Juga Peralatan 

Lokasi kolam tempat budidaya ikan patin sebaiknya terletak di daerah yang dekat dengan sumber air dan terjamin bebas dari banjir. Kolam tersebut sebaiknya dibangun di tempat yang landai dengan capaian kemiringan antara 2 sampai 5%. Hal ini dimaksudkan agar sistem pengairan bisa menggunakan hukum gravitasi agar lebih mudah. Kolam dalam pemeliharaan ikan patin dibagi ke dalam 3 jenis yakni:
  1. Kolam tempat pemeliharaan sang indukan. Luas kolam ini bergantung jumlah induk serta tingkat pengelolaannya. Misalkan terdapat 100 kg induk dengan keperluan kolam seluas 500 meter persegi jika hanya diberikan pakan alami seperti dedak. Namun, jika ikan dipelihara dengan palan pellet maka ia hanya membutuhkan ruang kolam kira-kira 150 sampai 200 meter persegi. Kolam pemeliharaan induk ini sebaiknya berbentuk persegi dengan dinding kolam yang ditembok atau dari tanah yang telah dilapisi dengan anyaman bamboo misalnya.
  2. Kolam pemijahan. Kolam ini bisa saja dari kolam tembok atau tanah. Soal ukuran bergantung pada berapa jumlah indukan yang hendak dipijahkan. Ukurannya adalah 1 induk dengan berat misalnya 3 kilogram membutuhkan luas kolam sekitar 18 meter persegi dengan jumlah 18 ijuk untuk sarang. Dasar kolam pemijahan sebaiknya dibuat hingga miring ke area pembuangan agar dasar kolam bisa dikeringkan dengan sempurna saat dibersihkan.
  3. Kolam Pendederan. Bentuknya sebaiknya persegi empat. Biasanya kegiatan pendederan memerlukan lebih dari 1 kolam. Kolam pertama berukuran 25 sampai 500 meter persegi sementara itu kolam pendederan selanjutnya sebaiknya berukuran antara 500 sampai 100 meter perpetak-nya. Dasar kolam pendedaran dibuatkan kemalir atau saluran dasar dan terletak di dekat pintu kubangan. Fungsi kemalir ini sangat penting sebab ia merupakan tempat berkumpulnya benih.
Proses Pembibitan 
Indukan yang hendak dipijah haruslah yang berkualitas baik dan dari kawanan ikan patin dewasa dan berasal dari proses pendewasaan di kolam sehingga kualitasnya lebih terjamin daripada ikan patin dewasa tangkapan di sungai atau waduk dan tempat lainnya. Indukan yang hendak dipijah terlebih dahulu dipelihara di dalam sangkar terapung dan diberi makanan khusus dengan kandungan protein yang tinggi. Peternak biasanya membuatkan pellet dari tepung ikan, dedak halus, menir beras, kedelai yang dicampur mineral dan juga vitamin. Pelet ini diberikan setiap hari selama lima hari dengan jumlah total per harinya 5%, dimana 2,5% di pagi hari dan 2,5% di sore hari. Langkah ini bertujuan agar gonad cepat matang.

Indukan ikan patin dengan gonad yang telah matang dan siap untuk dipijahkan, adalah:
  1. Indukan Jantan. Umurnya dua tahun, ukuran badan antara 1,5 sampai 2 kg, bagian kulit di perut terasa lembek dan tipis, apabila kita mengurutnya maka akan keluar cairan yang merupakan sperma dengan warna putih, bagian kelamin juga akan terlihat membengkak dan berwarna merah tua.
  2. Indukan patin betina. Umur 3 tahun dengan ukuran badan 1,5 sampai 2 kg. Bagian perut membesar hingga ke arah anus. Bagian perut terasa lebih kenyal saat diraba. Bagian kloakanya terlihat bengkak dan berwarna merah tua. Kulit bagian perut jauh lebih lembek juga tipis. Jika bagian kloaka ditekan maka akan keluar beberapa butir telur dengan bentuk bundar dan ukuran yang cenderung seragam.
Benih dari ikan patin dengan usia 1 hari sebaiknya dipindahkan ke akuarium yang berukuran 80cm x 45 cm x 45 cm. Akuarium tersebut telah diisi dengan air sumur yang sebelumnya telah diaerasi. Kepadatannya adalah 500 ekor per akuariumnya. Benih ini belum membutuhkan makanan tambahan karena ia masih memiliki makanan tabahan berupa kuning telur atau dikenal dengan istilah yolk sac.

Proses Pemeliharaan Dan Pembesaran 

Kolam ikan patin sebaiknya dipupuk agar produktivitas kolam bisa ameningkat dan merangsang laju pertumbuhan makanan alami di dalam kolam tersebut. Pupuk yang digunakan biasanya adalah pupuk kandang juga pupuk hijau, dosisnya antara 50 sampai 700 gram per meter persegi. Proses pemeliharaan juga mencakup pemberian pakan yang dilakukan di pagi dan sore hari. Makanan yang diberikan sebanyak 3 sampai 5 % dihitung dengan rasio berat badan di ikan. Jadi jumlah makanan akan berubah setiap bulannya mengikuti berat badan ikan yang juga terus bertambah. Selain itu, ikan juga harus diberi pakan tambahan berupa pellet dan juga ikan-ikan kecil misalnya rucah atau bisa pula makanan sisa dapur. Intensitas makanan tambahan ini diberikan 3 sampai 4 hari sekali. Tujuannya untuk merangsang nafsu makan sang ikan.

Selama proses pemeliharaan dalam budidaya ikan patin, peternak diharapkan selalu waspada terhadap serangan hama juga penyakit. Hama yang umumnya menyerang adalah kura-kura, lingsang, ular air, burung, biawak dan lain-lain. Sementara itu, penyakit yang biasanya dijumpai pada ikan patin adalah penyakit infeksi dan non-infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme pathogen seperti parasit, virus, jamur dan bakteri. Sementara penyakit non-infeksi disebabkan oleh keracunan bahan kimia dan kekurangan gizi. 

Cara Menggoreng Rengginang


Tips Cara Menggoreng Rengginang untuk UKM pemula yang masih baru dalam membuka usaha Rengginang, berikut kami berikan tipsnya:

Cara menggoreng rengginang sebetulnya sedikit berbeda dengan cara penggorengan umumnya. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik (rengginang bisa mekar dengan baik sehingga renyah tidak bantat), rengginang harus digoreng satu per satu sambil ditekan dan digoyang-goyangkan di dalam wajan yang berisi minyak panas.  Lalu bagaimana cara meningkatkan effisiensinya ? 

Gunakan jurus One for Two System atau One for Three System. Artinya dalam satu wajan penggoreng dikepung oleh 2 atau 3 orang penggoreng. Bagaimana ini mungkin terjadi ? . Pada One for Two system, satu wajan dikepung oleh 2 orang pekerja yang saling berhadapan  sedangkan pada One for Three System satu wajan dikepung oleh 3 orang pekerja yang saling berhadapan membentuk segitiga sama sisi. Yang harus diperhatikan adalah 
  1. ukuran wajan harus cukup besar,
  2. ukuran kompor menyesuaikan besarnya, sebaiknya gunakan kompor gas sembur yang biasa digunakan oleh penjual mie ayam,
  3. Masing-masing pekerja penggoreng harus disediakan rengginang mentah yang akan digoreng dan dilengkapi dengan 1 set alat penggoreng sendiri, yaitu sothil, serok, wadah penampung.
  4. Masing-masing pekerja bertanggungjawab terhadap tugasnya masing-masing, meskipun bekerja pada wajan yang sama.
Dengan system tersebut, bahan bakar dan waktu penggorengan menjadi lebih effisien, sehingga kapasitas penggorengan meningkat 2-3 kali lipat. Sepengetahuan saya, model penggorengan ini telah digunakan di beberapa industri kecil rengginang singkong di Bojonegoro Jawa Timur dan rengginang beras ketan di Muntilan Jawa Tengah.